My life in Memory Sites

Just another WordPress.com weblog

Masjid Jami’Bangkalan

Wah… klo di madura sih Masjid jamik/biasa disebut Masjid Agung bagi sebagian masyarakat Madura khususnya Bangkalan ini adalah tempat  beribadah di kota Bangkalan,apalagi tempatnya terletak pas di depan Alun-alun Bangkalan.
Masjid Jamik…….?????. Sekilas kita menemukan kesan sebuah bangunan Eropa dengan warna kuning menyala di sana. Namun, bila kita tatap ujung paling atas bangunan, kembali kita menemukan bentukan yang mempunyai corak arsitektur kelenteng. Pada bagian ujung atap ditarik melengkung sedikit ke dalam.
Proses akulturasi juga terlihat pada bagaimana kolom-kolom dengan bentuk busur gaya Eropa dipadu dengan bentuk memolo atau mahkota gaya China. Bila masuk ke dalam masjid itu, kita akan menjumpai lukisan-lukisan mosaik pengaruh Arab.
Warna emas mencerminkan suatu kebesaran, keagungan, dan juga berhubungan dengan martabat seseorang. Hal ini dapat dihubungkan dengan budaya kaum Madura yang sangat bangga bila mereka dapat memakai perhiasan besar dari emas.
Dari dua karya arsitektur di atas, kita dapat belajar nilai akulturasi yang menyimpan makna sebagai perpaduan dari dua kebudayaan atau lebih. Perpaduan kebudayaan tersebut menunjukkan adanya upaya untuk saling menumbuhkan toleransi, bukan untuk saling mendominasi, dan akhirnya melebur menjadi satu.
Proses akulturasi antara kebudayaan di Indonesia dan kebudayaan Eropa sudah dimulai ketika kapal-kapal Portugis tiba di Maluku dan di Nusa Tenggara awal abad ke-16 (Koentjaraningrat 1996). Demikian juga ketika bangsa-bangsa dari negeri China melakukan hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Salah satu produk hasil akulturasi adalah karya arsitektur. Beberapa karya arsitektur merupakan hasil penghayatan suatu agama, dapat digunakan sebagai alat pendidikan yang mudah dicerna siswa. Pemahaman bentuk dengan memahami sejarahnya akan membawa kita pada cakrawala baru untuk memahami arti perbedaan dan sebab dari perbedaan sehingga siswa belajar bertoleransi dan tanggap terhadap perbedaan tanpa merasa dikecilkan artinya atau merasa ditinggikan.
Kita bisa belajar adanya proses akulturasi budaya lewat karya sehingga kita bukan saja melihat indahnya perpaduan karya arsitektur, tetapi juga dapat belajar makna toleransi dalam akulturasi.
Sumber: Kompas, Minggu, 05 Februari 2006

Leave a comment